Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI) optimistis sektor pelabuhan dan pelayaran mampu kembali bergerak positif mulai kuartal II/2022 dengan catatan tak ada gelombang ketiga kasus Covid-19 yang berlangsung pada kuartal I/2022. Ketua Umum ABUPI Aulia Febrial Fatwa menuturkan kondisi sektor pelabuhan pada 2022 masih membawa angin ketidakpastian dari periode 2020-2021 akibat perkembangan kasus Covid-19. Namun, lanjutnya, pelaku tetap harus menggerakkan ekonomi supaya pada 2022 sektor pelabuhan dapat tumbuh secara positif. Dia memperkirakan kondisi pemulihan belum akan terjadi pada kuartal awal 2022 tetapi baru terlihat pada kuartal III/2022 dan kuartal IV/2022. Tentunya dengan syarat bahwa kasus Covid-19 tidak berlanjut ke kuartal I/2022.
“Kalau terjadi gelombang ketiga pada kuartal I/2022 sudah selesai. Apa yang diharapkan pada kuartal III/2022 dan IV/2022 bisnis kargo pelabuhan bisa tumbuh dan akselerasi dengan cepat mungkin delay lagi,” ujarnya, Selasa (14/12/2021).
Sebelumnya, ABUPI memperkirakan hingga akhir tahun ini pengiriman kargo curah bakal melonjak melampaui kinerja peti kemas seiring dengan kinerja ciamik dari ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara. Aulia menjelaskan hingga akhir tahun ini kinerja pengiriman peti kemas tak akan sedahsyat kargo curah karena masih terkendala dengan isu kelangkaan peti kemas. Saat ini, para agen pelayaran internasional (Main Line Operator/MLO) baru memulai proses pengembalian kontainer kosong ke Indonesia dengan harapan bisa memenuhi permintaan para pelaku.
Di sisi lain, persoalan baru timbul saat ketersediaan kontainer sudah mulai mengalir yakni ketiadaan kapal. Banyak kapal yang mengantre di sejumlah pelabuhan besar seperti di China dan Amerika Serikat (AS) yang belum kembali untuk mengangkut barang.
“Sampai akhir tahun ini, justru akan ada peningkatan untuk ekspor kargo curah. Sampai Desember dan akan bergerak terus karena pengiriman batu bara, CPO, kemudian ekspor mineral masih tinggi ini bagus. Sehingga pada saat ekspor dengan peti kemas mengalami hambatan, impor kita mengalami shortage. Tapi di sisi lain ekspor curah meningkat,” ujarnya. Aulia menjelaskan dengan kondisi meningkatnya kinerja kargo curah, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan dari ekspor peti kemas. Kinerja kargo curah bisa melengkapi dan menutupi kekurangan dari kinerja kargo kontainer yang mengalami kontraksi. Aulia juga menyebutkan kinerja angkutan laut untuk kargo curah mengalami lonjakan sepanjang 2021. Berbeda dengan melesunya kinerja peti kemas yang lesu akibat isu kelangkaan kontainer. Hal ini pun menimbulkan anomali karena kinerja kargo kontainer mengalami kontraksi dan ternyata Indonesia masih bisa meraup potensi pertumbuhan dari pergerakan kargo yang sifatnya curah. Penyebabnya tidak lain karena didorong tingginya ekspor nikel, batu bara, hingga CPO. “Pertengahan tahun 2021 ini ternyata kita mengalami lonjakan yang cukup tinggi untuk flowing kargo yang sifatnya curah. Di mana, ekspor nikel kita naik, ekspor batu bara naik semua pada ngejar. Tongkang-tongkang semua dikerahkan untuk mengejar . Kemudian, CPO bergerak naik,” ujarnya. Menurutnya pelabuhan di Indonesia pun harus memacu dua karakteristik dari sektor peti kemas dan curah. Dengan demikian kinerja angkutan kargo laut bisa menjadi lebih baik. “Tren ke depan memang kargo Curah.Dari dulu sampai sekarang mungkin juga sampai beberapa tahun ke depan. Tapi, jangan lupakan kargo curah masih juga mendominasi,” terangnya. Bahkan kargo curah juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun ini pada saat Indonesia mengalami kontraksi karena gelombang kedua pandemi Covid-19. Kargo ini tetap melaju kendati ada diterpa isu global, baik itu kelangkaan kontainer, kelangkaan kapal kontainer, serta tingginya freight kontainer.