MERGER dan akuisisi (M&A) merupakan langkah strategis, tetapi berisiko tinggi. Menurut Harvard Business Review, strategi ini memiliki risiko tingkat kegagalan 70–90 persen. Salah satu model M&A yang berhasil adalah PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor kepelabuhan itu terbentuk dari penggabungan empat BUMN, yaitu Pelindo I, II, III, dan IV, dan mulai beroperasi penuh pada 2021. Penggabungan ini mengintegrasikan dua orientasi utama, yakni meningkatkan konektivitas maritim Indonesia serta meningkatkan profitabilitas bisnis BUMN sebagai agen value creation bagi negara. Kesuksesan penggabungan Pelindo menjadi contoh nyata keberhasilan post-merger integration, terutama di dalam aspek leadership, governance, corporate parenting, planning, progress monitoring, dan change management.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah merumuskan rencana untuk merevolusi konektivitas pelabuhan nasional dan memperkuat rantai logistik melalui “Jaringan Pelabuhan Terintegrasi” atau “Integrated Port Network (IPN)”. Upaya itu diwujudkan melalui penggabungan perusahaan pelabuhan milik negara yang bertujuan sebagai paku pengikat untuk mencapai efisiensi logistik yang hemat biaya, meningkatkan konektivitas maritim, dan mereformasi alur perdagangan. Dengan begitu, Pelindo turut mewujudkan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Tiga tahun setelah penggabungan, Pelindo telah menunjukkan kesuksesan yang luar biasa dengan memberikan manfaat kepada pemerintah, ekosistem pelabuhan, dan perusahaan.
Kepada pemerintah, Pelindo telah berkontribusi dalam penurunan signifikan biaya logistik nasional sebesar 2,1 persen, dari 16,4 persen (2018) menjadi 14,3 persen pada 2022. Pelindo juga berkontribusi pada peningkatan GDP dari peningkatan arus petikemas sebesar 1,2 persen selama 2021-2022. Pelindo membukukan pendapatan negara dengan kontribusi besar sebesar Rp 7,3 triliun pada 2023. Sejak merger pada 2021-2023, Pelindo secara kumulatif telah memberikan kontribusi kepada pemerintah sebesar Rp 19,2 triliun. Angka ini mewakili 89,5 persen dari target ambisius Pelindo pada 2025, yaitu Rp 21,45 triliun.
