Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah mengakui bahwa biaya logistik di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini terjadi karena aktivitas bongkar muat di pelabuhan belim efisien.
Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Raden Edi Prio Pambudi mengatakan, laporan yang dilakukan oleh para pelaku usaha kepelabuhan mengenai biaya logistik yang tinggi tersebut benar.
“Kami jujur aja mengamati bahwa kegiatan untuk kepelabuhanan ini memang cost-nya cukup tinggi. Kalau kami mendengar dari keluhan masyarakat yang mengirimkan barang lewat logistik pelabuhan itu kadang kala dia harus sampai (biaya) 24 persen tanggung di situ,” tuturnya dalam webinar bertajuk Prospek Ekonomi dan Bisnis Logistik 2021, Rabu (24/3/2021).
Dia mengungkapkan, tingginya biaya logistik itu tak lepas dari belum efektifnya kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Sehingga, pelaku usaha harus menanggung biaya tinggi.
“Nah sekarang juga banyak sekali platform di logistik. Ini kemudian pelaku usaha kesulitan yang bagaimana ini memilih platform yang baik untuk sistem konektivitas,” imbuh dia.
Oleh karena itu, dia mendorong segera implementasi Ekosistem Logistik Nasional atau National Logistic Ecosystem (NLE) di seluruh pelabuhan Indonesia. Diharapkan melalui integrasi NLE bisa menurunkan biaya logistik Indonesia yang masih mahal.
“Ini (NLE) harusnya juga menjadi pemikiran sebagaimana mengefisiensikan pekerjaan dari pelabuhan. Karena memang terus terang negara kita di kepulauan. Laut itu harus jadi penghubung bukan pemisah, sehingga kapal bukan lagi sebagai alat transportasi tapi jadi jembatan,” terangnya.